Apakah Sahabat Sejati Masih Ada?

Apakah Sahabat Sejati Masih Ada?
Apakah Sahabat Sejati Masih Ada?


Apakah Sahabat Sejati Masih Ada?

Jujur saja saya belum pernah menemukan sahabat yang benar-benar sahabat. Sahabat yang mampu menutup rapat-rapat rahasia sahabatnya, sahabat yang tidak sok tau dan suka membeberkan rahasia tentang sahabatnya, seolah-olah Ia lebih tau kehidupan sahabatnya itu, padahal ia tidak tinggal 24 jam bersama sahabtanya.

Saya menilai semua orang itu baik dan tidak pernah berprasangka buruk pada siapapun, karena hati saya tidak pernah berniat buruk kepada orang lain. Mungkin karena itu saya selalu menyamakan sikap saya dengan sikap orang lain kepada saya.

Mungkin apa yang saya alami ini juga pernah teman-teman alami juga, namanya teman, terkadang kita ngobrol apa adanya, karena memang kita tidak pernah berprasangka buruk kepada orang yang kita ajak bercerita, meski tidak semuanya juga kita ceritkan kepadanya. Kadang saya hanya ingin ngetes, kira-kira sampai atau tidak yang saya bicarakan ini ke orang lain setelah saya menceritakan kepada si fulan dan ternyata, rasa memang tidak pernah berbohong, biasanya apa yang sudah saya ragukan kebenarannya pasti akan terjadi, seperti contohnya begini, saya merasa ragu kepada seseorang yang hendak saya jadikan teman bercerita, apakah dia mampu menjaga rahasia apa tidak. Dan ternyata setelah keraguan saya tepis dan saya cerita kepada seseorang itu, akhirnya apa yang saya ceritakan kepada orang itu juga menyebar ke orang lain.

Pernah ada kejadian, teman saya berubah drastis sikapnya pada saya, mendiamkan dan menyindir-nyindir terus, karena saya tidak merasa, saya cuek saja, anehnya tiap saya sapa dia cuek, saya senyum dia cemberut. Saya mencari tau ada apa gerangan, tidak ada teman yang berani memberitau saya.

Rasa penasaran saya belum terjawab sampai teman saya itu mutasi. Setelah teman saya itu mutasi ikut suaminya yang bertugas di tempat lain, baru ada yang berani buka suara, bahwa teman saya itu marah karena rahasianya saya sebarkan, padahal saya tidak menyebarkan apa-apa.

Saya jelaskan, saat itu sedang kumpul semua pengurus suatu organisasi dan saya salah satu anggotanya. Waktu itu ada yang nanya masalah teman saya itu, saya tidak menjawab dan bilang tidak tau dan yang menjawab serta menjelaskan itu teman saya yang lain. Tapi yang beredar di luaran itu malah katanya keluar dari mulut saya. Duh!

Saya kaget, karena suami teman saya itu kenal saya, jadi yang diingat nama saya karena ikut kumpul Dari situ sudah jelas, tidak ada orang yang bisa dipercaya selain Allah dan diri sendiri, bila kita cerita ke orang lain bahkan yang disebut sahabat pun, suatu saat akan berkhianat bila kita berselisih dengannya, bahkan ketika tidak berselisih pun bisa menyebarkan omongan yang belum tentu kebenarannya.

Jujur saja, saya paling risih  dengan orang yang memuji-muji setinggi langit, jangan dikira saya bangga, yang ada saya malah mawas diri, karena saya tidak sempurna. Biasanya tipe seperti itu dibelakang menikam, lebih baik biasa-biasa saja.

Dari pengalaman tersebut saya lebih berhati-hati memilih teman. Kita harus bisa memilih dan memilah teman, dan tidak semua masalah kita diceritakan ke orang lain, tidak semua orang senang dan simpati dengan masalah kita, bisa saja mereka bertepuk tangan di belakang kita, cukup sang Pencipta tempat kita bercerita karena DIA tidak akan berkhianat.

Ketika orang lain menilai kita buruk, lebih baik diam, karena penjelasan kita tidak akan didengar oleh orang yang membenci kita. Salam damai.

 

ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
1

Web Hosting