tak ada panutan kini

tak ada panutan kini

Saat banyak carutmarut kautemui kini, saat orangorang terhormat ternyata makhluk kerdil, malah lebih rendah dibanding kitapikir, maka, tetap berpegang pada kebenaran dan keteladanan. aku kini becermin kepada negarawan kita dulu, yang membaca kisahnya membuat kita menangis. Semoga Allah mengampuni mereka dan memberikan tempat layak di sisi Allah Swt.

bagaimana mungkin aku percaya dengan politisi, pengemban amanat dan para tokohtokoh jika kebanyakan dari mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok. para anggota dewan meminta materi yang banyak, gedung yang mewah padahal entah apa keberhasilan mereka membela rakyat yang makin melarat. pejabat tinggi sibuk menghitung kekayaan dan menanyakan berapa banyak sih gaji yang kudapat, “berapa kekayaan kuraih dibanding si anu dan si fulan”, sementara kerjanya tak beresberes juga, malah semakin kacau memburuk.

para koruptor bergerilya di medan hukum yang sangat ramah suap, ramah KKN, alias KKN-friendly. semua bisa dikorup, begitu mungkin kata Gayus Tambunan, terpidana terkenal di negeri ini. Masih ada gayus kakap lainnya, begitu teriak orangorang yang marah, kasus tak bergerak jauh, memutarmutar dan berpusingpusing, padahal wong cilik sudah lapar, harga cabai naik, harga beras naik, sembako naik. politisi dan pemerintah sudah gagal sejauh ini memberikan ketenangan dan harapan bagi orang banyak, jangan disebut kemakmuran atau istilah utopis lainnya.

saya menangis kalau membaca kisah negarawan radhiyallahu anhum, seperti Bung Hatta, Bung Karno, Agus Salim, M Natsir, dan sejawat mereka yang rela mengorbankan apa saja, tanpa pamrih. orangorang yang tak manja, orang-orang tak mengeluh. Yang tak memikirkan kesehatan dan keselamatan, alih-alih mengeluhkan gaji. Alhamdulillah, banyak orangorang kecil yang tak tampak di media, tak disorot publik, tak suka pujian, tetap berbuat banyak bagi orang lain, bagi negeri ini. mereka lah panutan kita sebenarnya.

Ah, saya tak ingin manja meski para politisi dan pengemban amanat negeri ini begitu lemah hati. saya hanya merasa malu, masih banyak saudara kita yang jauh lebih tegar, jauh lebih kuat menghadapi cabaran hidup yang memang semakin sarat ini, padahal mereka orang-orang biasa. sekiranya semakin dekat denganNya, semakin kuatlah saya. Astaghfirullahal ‘adziim.


 Kembali

Halaman
1

Web Hosting