Catatan Afdhal Mahyuddin 2010


Catatan Afdhal


Catatan Afdhal - setelah itu…

setahun setelah itu, kembali kumenulis di blog ini. kenapa begitu susah membawa jemari mengetik di halaman laman ini? banyak terasa, banyak terjadi yang harusnya ditulis; tapi biarlah semua tercatat di berbagai tempat, termasuk di dalam hati; ini hanya untuk jembatani dari kevakuman setahun silam menuju pengisian curahan tulisan; selamat menikmati

 

21 Mei 2010

 

Catatan Afdhal - malulah kau pada rachel

sudah ribuan syahid tewas di palestina dan belahan timur tengah, tapi kedaulatan belum jua direngkuh tanah kelahiran para nabi ini; al quds, al-aqsha, masih terancam dari kebrutalan dan kebinatangan manusia zionis yang tak pernah mendengarkan kemarahan dunia; segelintir orang di bumi ini menjadikan masyarakat dunia membiarkan terjadinya penindasan masif dan pembantaian terhadap anakanak dan orang tak bersalah, di palestina.

gaza penjara terbesar di dunia; banyak yang tahu, tapi semua takluk untuk bertekuk di cengkaraman lobi zionisme; betapa bodohnya manusia yang banyak di muka bumi ini, betapa kejamnya banyak pemimpin di dunia ini; semua tak berkutik dengan monster zionisme yang siap melumat siapa yang menghalanginya?

aku tak pernah percaya kalau mereka tak bisa dikalahkan..karena dunia harus berbuat sesuatu; bangsa barat yang besar harus merasa malu pada bangsa palestina yang masih kuat melawan, masih kuat bertahan di bumi mereka; sementara doktrin-doktrin HAM, pluralisme, liberalisme keras didengungkan menghajar dunia islam, tapi mereka bungkam terhadap apa yang terjadi di palestina;

bangsa barat yang paling kuat melindungi zionisme harus merasa malu pada keberanian seorang perempuan barat pirang berusia 23 tahun, rachel corrie, yang tak takut pada kebrutalan zionisme israhell; rachel corrie lebih besar daripada karakter heroik marvel, hollywood apalagi tentaratentara yang membumihanguskan afghanistan dan irak; malulah kau pada rachel, wahai para penindas palestina dan islamofobis di muka bumi ini.

–turut belasungkawa atas tewasnya 9 relawan kemanusiaan di kapal mavi marmara; semoga Allah melindungi arwah para syuhada..

–zionis israhell laknatullah

 

7 Juni 2010

 

Catatan Afdhal - 65 tahun kini, sudah bisa apakah?

65 tahun sudah usia republik ini. selalu kita bertanya, telah merdekakah kita? saya tak mau menjawab sudah atau tidak, karena ada yang sudah dianggap sudah, ada yang belum. tapi, kita jujur saja, negeri ini dibangun oleh para pendiri bangsa untuk memajukan rakyatnya menuju atau mendekati kesejahteraan. apalagi negeri kita dikenal kaya sumber daya alamnya, ramah dan rajin bangsanya. banyak juga beragama dengan baik.

tapi, sudahkah cita-cita bangsa ini mendekati atau malah menjauhi? apakah tidak bertambah terus pengangguran, apakah pendidikan dan kesehatan sudah memadai? bagaimana utang negara, apakah bertambah banyak? apakah sumber daya alam dan lingkungan terjaga baik, atau makin rusak lingkungan, makin rusak hutan negeri ini? bagaimana sungai-sungai, apakah makin tercemar atau terjaga kelestariannya?

bagaimana persoalan bangsa ini, seperti ekonomi masyarakat, apakah harga-harga dan pelayanan publik makin terjangkau atau bagaimana? katanya perang melawan korupsi, ada harapankah, atau makin keras perlawanan melawan korupsi? bagaimana yang namanya reformasi itu, sudah berjalankah? sudah direformasikan para penyelenggara negara, aparat negara, pegawai negeri sipil, atau bagaimana?

banyak persoalan yang muncul, kadang hilan ditelan ombak laut, lalu muncul masalah baru, begitu yang kudengar dan kubaca di media.

65 tahun sudah merdeka, tapi saya makin bingung lihat mentalitas dan perangai orang-orang yang harus jadi teladan atau yang dituakan di negeri ini. sudah makin tak jelas keberpihakan kepada masyarakat kecil ataupun kepentingan bangsa. masing-masing asik dengan kelompok politiknya. mana janji-janji semasa kampanye pemilu dulu? banyak yang juga capek menasihati dan memprotes, akhirnya diam saja. entahlah, 65 tahun tampaknya sudah senior, tapi kebangsaan ini masih dikanak-kanakkan oleh sebagian orang yang justru diberi amanat untuk mendewasakan bangsa. semoga saya keliru. semoga Allah membalas jasa-jasa para pahlawan bangsa dan pendiri bangsa yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. M E R D E K A !!!!

 

19 Agustus 2010

 


Catatan Afdhal - Satu tahun delapan hari setelah gempa

Ya Allah Ya Rabb, ampunilah kami dari segala kebodohan dan ketidaktahuan, dari segala kesalahan.

 

8 Oktober 2010

 

 

 

Catatan Afdhal - waktu yang menebas

waktu terasa kejam, begitu banyak korban yang ditikamnya, termasuk aku. tahuntahun berlalu dengan kesiasiaan, dengan keterbuangan, menyampahi dunia dan tidak membekali ke taman terakhir.

kita mengingat masakecil dan masaremaja dan memintanya kembali, padahal sudah tak mungkin. kita mengingatingat sudah jauhkah perubahan dan maupun citacita tercapai, tapi tak memuaskan. jauh dari target.

bersyukurlah bagi yang bisa menggunakan waktunya dengan bijak dan bermanfaat, terutama manfaat bagi banyak manusia, selain dirinya.

waktu menebas dan menerabas apa yang tak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya. dan banyak godaan untuk mempercepat waktu terbuang, sedikit kusadari bagaimana waktu bisa berjalan sesuai dengan yang kita sanggupi.

waktu tak menunggu, begitu ujar seorang penyanyi dalam lagunya. semakin hari semakin aku berkaca, waktu banyak menebasku, tanpa bisa menghentikannya karena waktu berjalan seperti sunnahnya. akulah yang membuatnya terlalu cepat berlari karena aku berdiamdiri, seharusnya waktu berlari akupun berlari.

mumbang jatuh, kelapa jatuh, begitu juga waktu, tak pilihpilih orang, dia tetap berjalan, berlari bahkan seperti kilat mengilas. demi masa, demikian firman Allah. dan banyak waktu disebutkan dalam kitab suci.

kini, bisakah aku beradaptasi dengan waktu, tidak membuat gap terlalu jauh, sehingga waktu berjalan, akupun berjalan. jika Sayyidina ‘Ali mengatakan waktu laksana pedang, maka waktu siap menebas apa saja yang tak siap bersamanya. waktu menebas, aku pun harus siap menebas, kalau tak ingin ditebas. terima kasih, waktu, telah mengingatkanku untuk bersiap menuju waktu selanjutnya.

 

19 Desember 2010

 

Catatan Afdhal - Pergantian tahun, untuk apa?

Pergantian tahun selayaknya menitipkan kelebihbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya bunyi terompet dan cahaya kembang api. Apalah jadinya jika kualitas kita terus menurun sementara kita asyik memperingati keramaian setiap tahun baru tanpa bisa mencamkan diri untuk melebihbaikkan tahun baru dari tahun sebelumnya.

Perayaan tahun baru sama dengan perayaan ulang tahun, berarti pengurangan jatah waktu bagi kita. Tak perlu hurahura tentunya kalau kita tahu semakin tahun semakin berat kita berjuang. Sudahkah kita merenungi tahun kemarin apa yang telah kita capai? Sesuaikah dengan target minimal kita, atau senangkah kita dengan perjalanan kita setahun penuh kemarin?

Perayaan tahun baru adalah perayaan pertanyaan-pertanyaan baru, apakah saya akan lebih baik dan lebih kuat? Apakah saya lebih banyak manfaatnya di muka bumi ini, atau? Jika saja kita tak memiliki semangat yang kuat untuk tahun baru, maka perayaan tahun baru hanyalah membegadangkan waktu satu malam yang kebetulan bertepatan pada akhir tahun.

Kita mau diri kita berarti untuk setahun penuh, bukan hanya semalaman seperti terompet dan kembang api. Karena kita tak mau dibuang seperti terompet tahun baru dan kembang api. Kita tak mau berarti hanya untuk semalam. Karena itu, camkan diri: aku harus lebih baik di tahun baru ini. Semoga kita menjadi insan yang lebih baik.

 Kembali

Halaman
1

Web Hosting