Pertanyaan yang Belum Terjawab

 

Foto oleh Monstera dari Pexels



Hari ini aku mengingat masa-masa ketika duduk di Sekolah Dasar. Tahunnya tidak akan aku tulis nanti ketauan umurnya hehehe. 

Yang aku tulis adalah kisah ketika aku kelas 4 SD, saat itu aku termasuk anak baru karena mengikuti tugas bapak di Bandung. Aku dan keluarga tinggal di daerah Cimahi.

 Daerah Cimahi waktu aku SD  udaranya masih sangat bersih dan segar. Masih banyak tanah kosong dan depan rumah adalah kebun jagung, terhalang dua rumah  kebun ubi. Aku dan teman-teman sering mencari ubi ketika selesai di panen. Biasanya kami dapat sisa ubi  banyak bisa satu plastik besar dan kami rebus bersama-sama. 

Ketika SD itu masa-masa menjadi si Bolang, kulit tambah hitam, ingusan, bau keringat dan pulang ke rumah selalu menjelang magrib, itu kalau tidak disuruh pulang dan disusul kakek, karena sering kakek datang ke tempat aku main dan menyuruh pulang untuk tidur siang. Seringnya kalau melihat kakek datang aku sembunyi dan teman-teman kompak bilang aku tidak ada hehehe. 

Oh iya, letak sekolah tempat aku belajar dan rumah sangat dekat, paling sekitar 300 meter jaraknya. 

Walikelas ketika aku  kelas 4 itu seorang perempuan setengah baya namanya Bu Imas, beliau sering memakai anting  ukuran besar, seukuran gelang bayi. Wajahnya judes dan galak banget, banyak teman-teman yang takut sama Bu Imas, termasuk aku juga sangat takut. Kalau mengajar matanya sering melotot dan sering ngomel-ngomel. Entah mungkin banyak masalah di rumahnya yang dibawa ke sekolah,  aku jarang melihat Bu Imas tersenyum. 

Pada suatu pagi, Bu Imas marah-marah karena melihat papan tulis masih banyak coretan, tiba-tiba beliau menunjuk aku yang sedang duduk manis  untuk menghapus papan tulis. Dengan penuh ketakutan aku ke depan dengan membawa penghapus papan tulis.

Aku hapus papan tulis itu dengan pelan-pelan, ketika aku hapus semua teman-teman mentertawakanku begitupun Bu Imas, beliau aku lihat tertawa lepas. Selama beliau menjadi walikelas belum pernah aku melihat Bu Imas tertawa seperti itu. Setiap aku menghapus papan tulis teman-teman ramai tertawa. Entah apa yang ditertawakan. Sampai saat ini aku tidak tau kenapa mereka tertawa ketika aku menghapus papan tulis. 

Mungkin disini ada teman-teman yang tau kenapa mereka sangat ramai ketika aku menghapus papan tulis dan mengapa Bu Imas bisa tertawa lepas? Mungkin aku tau jawabannya sekarang dari teman-teman SKB, ini pertanyaan terpendam setelah puluhan tahun hehehe. 


ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
1

Web Hosting