[Cerpen] Belum Ada Judul


 

[Cerpen] Belum Ada Judul

Photo by eberhard grossgasteiger on Unsplash


*

Lantunan suara khas milik Iwan fals yang menyanyikan lagu “Belum Ada Judul” masih terdengar pelan saat mobil yang kami tumpangi memasuki daerah pegunungan bukit barisan. 


Jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB, dari balik kaca mobil kedua mataku takjub melihat pemandangan di luar sana. Hamparan sawah yang padi-padinya terlihat sudah mulai menguning terlihat begitu indah, pendar cahaya mentari sore ini tengah memanjakan kedua mataku dengan pemandangan yang  begitu memesona.


Pujangga Emas Curup yang sedari awal menjadi pemandu jalan selama kami memasuki daerah ini mengatakan bahwa daerah ini adalah salah satu daerah penghasil beras, kopi dan sayur-sayuran yang hasilnya bahkan telah dikirim hingga ke berbagai daerah di Indonesia, sebut saja Palembang, Jambi, Padang, Lampung, dan Jakarta.


Memang tidak mudah bagiku dan Perempuan Fiksi serta teman-teman yang lain untuk sampai ke daerah ini. Menurut “Mastah” sebutan bagi Om Budi Susilo, orang yang paling dituakan di SKB setelah Engkong (Sebutan bagi Prof. Felix Tani yang menurut beberapa orang ke-Kenthir-annya itu bahkan melebihi kewarasan manusia biasa pada umumnya). Daerah yang baru saja kami masuki ini penduduk aslinya adalah suku Rejang, tetapi banyak juga masyarakat dari suku lain seperti Jawa, Lembak, Minang, Serawai dan Sunda. 


Kota Curup sejuta pesona. Kota ini memiliki beberapa tempat wisata yang cukup terkenal. Sebut saja seperti Suban Air Panas, Pematang Danau, Gunung Kaba, Air Terjun di Kepala Curup, Tabarena dan situs-situs prasejarah seperti Batu Panco.


Selain aku, Perempuan Fiksi dan Mastah Budi S, ada Ayah Tuah (penguasa gang tikungan ke dua setelah Mastah Budi), Om Susy (Pakar Politik), Om Katedra Rajawen (Raja Omong Kosong) dan Om Rudy Gunawan (satu-satunya Numerolog dan pakar Kamasutra di SKB).


Foto model SKB (Bang Indra Rahadian Sang Raja Cerpen), serta Mas Wuri (Ahli gali-gali yang multitalenta), Pak Hensa (Reporter Olahraga handal), serta Pak Tonny (fotografer handal). Ada pula Mbak Lintang Kemukus nan ayu lagi cerdas, Mbak Ester, Mbak Swarna, dan beberapa yang tidak bisa kutuliskan disini satu persatu.


Oh iya, Daeng Khrisna masih belum balik dari kampung halamannya Jeneponto, masih bebersih  pasca menggelar even akbar "Festival Turatea" di Bumi Makasaar. Beliau izin belum bisa bergabung. Tapi nitip pesan untuk disampaikan kepada Tuanku Raja Rusuh  Zaldy Chan di kota Curup.


***

Aku masih ingat, beberapa waktu yang lalu, Ratu kuliner sempat menyampaikan niatnya kepada Perempuan Fiksi untuk membuat kejutan bagi sahabat kami yang suka mendendangkan lagu bertemankan gitar itu. 


Malam itu,  tak lama setelah aku masuk ke dalam rumah, Hand Phone di dalam tas kecilku berbunyi, kubuka pesan yang baru masuk, ternyata berasal dari Ratu Kuliner. Azan Isya baru selesai berkumandang saat Ratu Kuliner menyapaku malam itu, sebelum notif pesan masuk dari Ratu Kuliner kubuka, Perempuan Fiksi sebenarnya baru saja memberitahuku, Bahwa Ratu Kuliner akan membuat kejutan untuk salah seorang sahabat kami yang biasa “nongkrong” di warung kopi secangkir kopi bersama.


“Assalamualaikum, Mas, sehatkah?” sapa Ratu kuliner menggunakan aplikasi chat.

“Waalaikum salam. Sehat, tumben sopan pake ngucapin salam, hahaha." Jawabku sambil meluruskan kedua kaki.

“Gini...." Kata suara dari ujung gawai sana dalam bentuk kosa kata.

“Ya,” Jawabku datar

“Aku punya ide." Katanya lagi.

“Ide apa?” Tanyaku pura-pura tidak tahu.

“Aku punya ide untuk membuat kejutan pada Tuanku Raja Rusuh ZC, Mas ikutan ya.” Katanya lagi sambil berusaha membujukku untuk ikut mendukung idenya itu.

“Tergantung.” Jawabku pelan, pura-pura tidak tertarik dengan ide yang akan disampaikannya itu.

“Kok tergantung?” Ratu kuliner heran dengan jawabanku yang seperti orang kurang semangat itu.

“Tergantung idenya itu seperti apa, kalau aku di suruh manjat pohon aku emoh, sebab kedua lututku ini masih gemetaran, setelah seharian penuh berjalan kaki karena sepeda motorku nggak mau diajak berenang di sungai yang airnya lagi meluap, padahal udah sering kuajarin berenang tuh motor, tapi masih aja takut melihat air sungai."

“Wkwwkwk." Ada-ada aja Mas ini, mosok motor di ajarin berenang.”

“Hahaha.”

“Wess, jadi lali aku mau ngomong apa tadi,”

“Ngasih ide, Mbak.”

“Oh iya, aku punya ide,”

“Ya, aku tau,”

“Hah! Mas sudah tau? Berarti udah bocor dong, ideku.”

“Bocor gimana? Wong mbak sendiri yang tadi bilang kalau lagi punya ide.”

“Oo iya ya."

“Mas lagi ngapain?”

“Mau tau aja apa mau tau banget?”

“Mau tau gak pake banget.”

“Lagi membalas chat Ratu kuliner.”

“Wong edan! Ditanya gak pernah serius jawabnya."

“Baiklah.”

“Kok baiklah, kayaknya dari tadi kita baik-baik aja, hihihi..”

“Begini, Mbak…”

“Ya,”

“Hadeuh! Sebenarnya yang mau ngasih ide itu siapa?”

“Hahaha. Kok mbulet sih."

“Iya, kelamaan dari tadi idenya gak keluar-keluar, hahaha."

“Begini…,”

“Ya,”

“Sek to, dengarkan dulu. Mas marah ya?"

“Marah sih enggak, cuma lagi gerah, baru nyampe rumah soalnya.

“Oooo, kalau begitu saya minta maaf ya Mas, met rehat kalau gitu, besuk saja kusampaikan ideku."

“Lah..”

“Kok lah?”

“Katanya punya ide? Udah 1 jam lewat 10 menit kok idenya gak nongol-nongol? Hahaha.”

“Oh iya, aku sampe lupa itulah kalau chattingan karo Jin Semprul, pasti suka lupa dengan pokok bahasan utamanya, hihihi…”

“Hmmm.”

“Baiklah, gini loh Mas, aku punya ide."


**

Tanggal 20 Oktober 2021, “Ibu” dari anak-anak SKB yang biasa di panggil dengan sebutan “Wanita dari masa lalu” tengah berada di Alaska, sehingga tidak ikut bersama kami ke sebuah kota kecil yang terletak di lembah dataran tinggi Sumatera.  


"Ibu" dari anak-anak SKB itu tengah merayakan hari jadi pernikahannya sambil melihat Nothern Light. 


Sesuai kesepakatan, aku dan beberapa temanku dari Warkop Secangkir Kopi Bersama sengaja datang ke kota Curup untuk memberikan kejutan kepada  salah satu sahabat kami itu.


“Selamat ulang tahun Tuanku Raja Zaldy Chan! Semoga panjang umur dan di berikan kesehatan selalu. Aamiin.”  Ucap Ratu Kuliner dan beberapa teman lainnya sambil membawakan kue ulang tahun yang ada angka 46 itu.


Kemunculanku bersama Perempuan Fiksi dan beberapa orang sahabat SKB yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya, cukup membuat Tuanku Raja Zaldy Chan yang lagi asyik memetik gitar bersama beberapa orang sahabatnya itu kaget, kulihat dia sampai terlompat dari atas tempat duduknya, akhirnya sambil tertawa bahagia dia mempersilakan duduk. 


Akhirnya mengalunlah suara khasnya, sambil memetik gitar butut yang salah satu senarnya putus dan belum sempat diganti. Peri Gigi, Peri Bunga Tomat dan Peri-peri yang lain spontan menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" bersama-sama.


"Selamat Ulang Tahun Bang Zaldy, tetaplah berbahagia dengan caramu, terus pancarkan cahaya untuk orang di sekelilingmu." Aku, Perempuan Fiksi dan semua sahabat SKB, mengucapkan selamat ulangtahun satu persatu kepada Bang Zaldy.


Selanjutnya, kamipun bercengkrama di ruang tamu Bang Jack ditemani kopi dan gorengan Mak Wo Ita, langganan Bang Zaldy. 

***


Catatan : 

  • Di buat oleh Warkasa1919, di poles oleh, Perempuan Fiksi, Wanita dari masa lalu dan Ratu kuliner. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
  • Bahan Bacaan: https://id.wikipedia.org/wiki/Curup,_Rejang_Lebong
 

 Kembali

Halaman
1

Web Hosting