Zaman Sulit dan Kado dari Pemerintah


 

Zaman Sulit dan Kado dari Pemerintah (Catatan Afdhal 2008)


zaman sulit, sulit percaya siapa

Beritaberita di media mengabarkan dunia di ambang resesi, bahkan depresi ekonomi. di negeri ini minyak mau dinaikkan harganya, tentu barang dan jasa akan membumbung tinggi. tak jadi bulan mei, juni mungkin saja diketuk tuh palu kenaikan harga BBM.

Cuma yang terbayang, berapa derita orangorang kurang mampu, setelah didera berkalikali kenaikan harga barang? Belum dinaikkan BBM, sudah tak terhitung naiknya harga bahan pokok dan sembako.

Subsidi BBM dicabut, dikurangi, dengan dalih akan bisa menghasilkan uang untuk si miskin, sudah berapa kali ini terdengar dari berbagai rezim yang berganti? Entah namanya JPS, atau yang kini pakai akhiran “kin”, tapi tetap saja kita dengar anak busung lapar, anak dan ibu mati kelaparan, dan angka pengangguran yang terus bertambah.

Apa yang dinanti dari pemerintah dan politisi/parlemen/parpol adalah ketegasan melindungi dan mengayomi kelompok rakyat miskin. Jika minyak tanah diantri sampai mengular di terik panas, dan konversi gas elpiji ditunjukkan dengan kesulitan mendapatkannya –di luar harga mahal sekali beli– maka apatisme di kalangan orang banyak satu keniscayaan. Bahasa klise semboyan dan iklan basi: kami butuh bukti, bukan janji! Begitu juga yang dimaui orang kebanyakan, kalau kita mau mencoba memahaminya.


Hemat energi harus dimulai, teriak pemerintah. Bagus itu, jadi ingat semboyan Soeharto di zamannya: kencengken ikat pinggang! Tapi, yang punya mobil banyak, mobil bersilinder tinggi, rumah besar dibenderangi lampulampu banyak perabot elektronik; dan kantorkantor pemerintah terus terang sepanjang siang dan petang?

Kalau mau serukan hemat energi, mulailah dari diri sendiri yang menyerukan: pemerintah. kalau mobil banyak di setiap keluarga pejabat, kurangilah, maka konsumsi BBM untuk mereka juga berkurang, setidaknya beban negara juga berkurang. Kalau di kantor banyak mobil dinas yang kurang perlu, kurangi pemakaian dan operasionalnya. batasi juga penggunaan pribadi dan dinas. Hal-hal sederhana dan basi dari duludulu dituntut banyak orang, tapi belum ada action saja.

Di zaman sulit melilit ini, pada siapa orang awam memberikan kepercayaannya? Silakan, bagi yang mau mementahkan asumsi ini sebagai satu kekeliruan untuk menjawabnya. Sejarah akan mencatat orangorang yang benarbenar berkomitmen bagi banyak orang, maupun yang mengkianati amanat banyak orang.

Kita harapkan para pihak yang diberi wewenang memakmurkan bangsa ini tidak putus asa mendapat kritik dan saran yang kedengarannya bawel, bahkan bisa terancam gugatan melalui serangkaian UU yang mengurangi kebebasan berpendapat. Tapi, tujuan kritik ini untuk mengingatkan dan meminta keseriusan pihak yang bertanggungjawab. Setiap orang bertanggungjawab atas kepemimpinannya, bahkan seorang individu, dia juga memimpin dirinya maupun keluarganya. Begitu ajaran agama yang kuketahui.

Dan, tulisan ini merupakan bagian tanggungjawab pengeblog sebagai komponen kecil bangsa ini.

 

8 Mei 2008



Ini Kado dari Pemerintah

(bagi 100 th Kebangkitan Bangsa dan 10 th Reformasi)

 

Peringatan 100 tahun Kebangkitan Bangsa maupun pengingatan 10 tahun Reformasi setidaknya tiga tokoh cukup berintegritas telah tiada, aktor Sophan Sophiaan, mantan Gubernur DKI Ali Sadikin, dan tokoh perempuan S.K Trimurti. Semoga Allah mengampuni mereka dan menerima amalan mereka. Amien.

 

Akhirnya, BBM pun dinaikkan harganya oleh pemerintah. Demonstrasi meminta pemerintah membatalkan rencana itu, maupun desakan sejumlah kalangan tak digubris.

 

Demo anti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah daerah yang cukup panas dengan bentrokan melibatkan mahasiswa dan polisi, bahkan polisi masuk menyerang kampus!

 

Sementara, yang lebih penting, kenaikan harga barang telah terjadi sebelum dan setelah pengumuman kenaikan BBM itu.

 

Para penentang keputusan pemerintah SBY cukup gusar dengan ketidakpedulian pemerintah yang mengabaikan suara-suara menentang itu. Sementara barangbarang bahan pokok sudah naik, rakyat jualah yang menanggung paling berat dari kenaikan ini, karena semua barang dan jasa mendapat dampak domino dari kenaikan BBM.

 

Kalau ada penekanan penguasa bahwa kenaikan karena subsidi dinikmati segelintir masyarakat Indonesia, maka kita tunggulah, siapa yang paling banyak dan menderita terkena serangan kenaikan ini: apakah yang segelintir ini atau rakyat kebanyakan yang banyak itu? Apakah jumlah penderita busung lapar tidak akan meningkat? Apakah jumlah pengangguran tidak akan bertambah? Apakah biaya sekolah/pendidikan tidak akan melesat naik? Apakah harga obat dan pengobatan tidak akan naik?

 

Sementara kita tahu, pemerintah tidak mampu mengendalikan para spekulan dan penimbun barang. Maka, minyak tanah dan bensin langka, elpiji langka, setelah itu barang bahan pokok naik lagi, padahal sebelum diumumkan sudah naik. Para penumpang angkutan pun dipaksa membayar mahal secara tak resmi, karena sopir membeli minyak dengan harga baru (yang mahal). Konsumen tidak berdaya di negeri ini, meski di koran-koran, di teve-teve para pejabat seolah batman yang berani memberantas keberingasan para spekulan itu. Padahal, dari dulu, pasar liar inilah yang tak bisa dikendalikan pemerintah. Juga spekulan minyak dan gas, siapa yang bisa menghukumnya?

 

Maka, berderetlah kekecewaan pada pemerintah kini. Mereka tak ada bedanya dengan pemerintah-pemerintah sebelumnya, yang selalu memilih cara tergampang dan tak memakai otak berat: naikkan BBM, kurangi subsidi BBM. Jadi, orang-orang tak perlu bersekolah tinggi, tak perlu punya ahli ekonomi lulusan Amrik, bisa memakai cara ini jika mereka memerintah. Cara paling gampang dan bodoh. Karena tidak kreatif dan tidak pernah melihat sesuatu secara introspektif. Selalu yang dijadikan sasaran: kelompok kecil yang mampu. Tapi menembakkan semua meriam ke semua rumah, rumah reot dan lapuk jadi ikut hancur.

 

Lalu, iming-iming tak mendidik dipakailah: penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT). Uang diberikan secara tunai kepada masyarakat miskin. Padahal kita tahu, cara ini tidak mendidik dan bersifat tidak solutif.

 

Lalu, dua menteri beriklan ria di layar kaca, seolah-olah paling merasakan nasib rakyat kecil. Padahal mereka itu penggemar berat (fans, bahasa anak mudanya!) IMF dan World Bank. Seorang menteri yang makin sejahtera dan terkaya di negeri ini juga menyuarakan suara peduli wong cilik. Moga-moga penonton tv itu tidak jantungan menyaksikannya, masih bisa mengurut-urut dada yang makin kerempeng ini.

 

Bagusnya, sejumlah kepala daerah (provinsi dan kabupaten/kota) menyuarakan pesimisme mereka dengan sogokan ala BLT ini. Keberatan dari mereka yang mencoba memahami gejolak masyarakatnya, dan menilik dari pengalaman buruk sebelumnya. Ada juga unsur pemerintah (dari daerah lho) yang berpikir lebih panjang dan arif dibanding mereka yang mencengkram negeri ini dengan kuasanya yang tak jelas untuk siapa.

 

Lalu, apa peranan parlemen? Itulah, ada partai yang keberatan, tapi mereka tak cukup serius membela rakyat kecil dari keterpurukan ekonomi ini. Sangat lemah atau melemahkan diri di hadapan para penguasa eksekutif itu. Kini kabarnya mereka akan mengajukan interpelasi dan hak angket. Tapi, lihat saja, jangan berharap banyak dululah.

 

Ahh, kita berharap pada mahasiswa demonstran lagi, yang bahkan sebagian kecil ada juga mantan mahasiswa angkatan 1998 itu? Maka terdengar lagi nama Forkot dan seorang mantan pejabat yang ikut memprotes, bahkan turun ke jalan. Seakan-akan diingatkan pada kurun 10 tahun silam? Deja vu sepuluhtahunan.

 

Blogger ini orang awam soal ekonomi negara, Cuma bisa mengimbau: mbok ya kreatif lah jadi pemerintah. Jangan selalu memelaratkan rakyat, karena itu bukanlah amanat yang dibebankan dari konstitusi.

 

Memakmurkan rakyat itu tujuan anda dipilih jadi pemerintah negeri ini. Kalau hanya bisa menambah pundi-pundi orang-orang anda (termasuk pejabat yang pengusaha), ataupun menambah kaya investor asing tapi merugikan negeri ini, maka anda salah tempat duduk. Kalau Anda banyak mengeluh, tapi selalu minta pengorbanan orang miskin, maka Anda salah tempat. Lebih baik anda mundur jika tak berkomitmen memakmurkan bangsa ini.

 

Lebih baik anda pergi jika tak berniat melindungi kekayaan negeri ini. Ini adalah negeri yang terancam karam, jadi jangan ditambah lagi bocoran-bocoran yang membuat makin banyak air laut menenggelamkan kapal. Jangan kau jual perusahaan negeri jika itu menambah sengsara negara. Tapi, jika kau sama saja seperti rezim-rezim sebelumnya yang doyan memperkaya orang asing dan mendapat keuntungan dari hal itu –apalagi kau mempersiapkan uang untuk pemilu 2009—maka laknat Allah lah untuk kau.

 

Jika rakyat sudah muak, tak ada pilihan lain, maka akan banyak orang yang turun ke jalan. Angka-angka frustrasi akan melesat tak terduga. Terlalu besar ongkos sosial diakibatkan ketidakpedulian rezim yang tak pernah berubah seperti para pendahulunya itu.

 

Dan masih terngiang, orasi demonstran sepuluh tahun silam: “Rakyat bersatu, tak bisa dikalahkan!!!”

NB: buat para perintis kebangkitan bangsa, orang-orang seabad setelah anda terlalu ‘lugu’ untuk bisa memahami apa itu kebangkitan..maafkan yah..

 

27 Mei 2008

 

 Kembali

Halaman
1

Web Hosting