Ilustrasi gambar oleh cyberdakwah.com |
Ada
beberapa cerita rakyat yang mirip dengan kisah Si Malin Kundang
dibeberapa negara. Salah satunya di Malaysia, kisah yang ceritanya
hampir serupa dengan kisah si Malin Kundang ini adalah cerita tentang Si
Tenggang, kisah anak durhaka yang pernah diterbitkan oleh Balai
Pustaka, Jakarta pada tahun 1975 lalu dengan judul Nakoda Tenggang:
sebuah legenda dari Malaysia.
Menurut
kisah legenda yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia.
Kisah Malin Kundang ini bercerita tentang seorang anak yang durhaka pada
ibunya. Malin Kundang saat itu begitu durhaka kepada orang yang telah
melahirkannya, hingga akhirnya ia di kutuk menjadi batu.
Dalam
cerita itu dikisahkan bahwa Malin Kundang ini adalah anak semata wayang
yang tinggal bersama ibunya, tetapi saat usianya mulai menginjak
remaja, Malin Kundang memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung
halamannya. Saat itu Malin Kundang pergi merantau dengan menumpang kapal
milik seorang saudagar kaya.
Singkat
cerita, kapal milik saudagar yang dinaiki oleh Malin Kundang itu di
serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan dirampas dan semua awak
kapal dan para penumpangnya dibantai, hanya tersisa Malin Kundang
sendiri, ia selamat karena berhasil sembunyi. Setelah terkatung-katung
di tengah lautan, akhirnya Malin Kundang terdampar di sebuah pantai. Dan
selanjutnya di ceritakan; karena kegigihannya itu, Malin Kundang
akhirya berhasil menjadi saudagar yang kaya raya.
Setelah
menikah, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran dan tanpa
disengaja, berlabuhlah kapal milik Malin Kundang ini di kampung
halamannya. Sang ibu yang mengetahui bahwa saudagar kaya raya yang baru
saja turun dari kapalnya itu adalah anaknya, ia segera mendekati
anaknya. Ternyata saat itu Malin Kundang marah kepada wanita tua yang
mengaku-ngaku sebagai ibunya didepan istri dan anak buahnya. Walaupun
sebenarnya Malin Kundang ini tau bahwa wanita itu adalah ibu kandungnya
sendiri, tetapi karena malu dengan penampilannya yang terlihat begitu
lusuh dan kotor itu, akhirnya Malin Kundang mengusir wanita tua ini.
Mendapati
kenyataan bahwa anak lelaki semata wayangnya itu merasa malu dan tidak
mau mengakui dirinya, sebagai seorang wanita yang telah melahirkannya,
ibu Malin Kundang marah besar dan menyumpahi anaknya, "Ya Tuhan, jika
benar ia anakku, tapi malu mengakui bahwa aku ini ibu yang telah
melahirkannya, maka aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".
Malin
Kundang tidak memperdulikan wanita tua di depannya, ia memutuskan untuk
meninggalkan tanah kelahirannya dan kembali berlayar ke lautan. Tapi,
"Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih," sesaat setelah
ibunya menyumpahi Malin Kundang, badai dahsyat menghancurkan kapalnya.
Sehingga diceritakan kemudian, tubuh si anak durhaka ini akhirnya
kembali kedaratan, terdampar di tanah kelahirannya, lalu tubuh Malin
Kundang itu perlahan-lahan menjadi kaku, dan akhirnya berubah menjadi
batu.
Jika
membaca kisah Malin Kundang dan Tenggang tejadi di awal tahun 1900,
maka lain lagi dengan kisah yang baru saja saya baca di awal tahun 2020
ini. Kisahnya ini hampir mirip dengan kisah dua anak durhaka di masa
lalu. Bercerita tentang kisah, "Air susu dibalas dengan air tuba."
Membaca
salah satu judul berita di detikNews, Yanga berjudul "Dikuliahkan
hingga Jadi Dokter, A Malah Umumkan Putus Hubungan dengan Ortu" saya
jadi berpikir, apakah ini masih ada hubungannya dengan kisah Si Malin
Kundang dan Si Tenggang di masa lalu? Mungkinkah Si A ini adalah
'Reinkarnasi' dari Si Malin Kundang atau Si Tenggang yang hidup di masa kini?
Diberitakan,
kisah ini adalah cerita tentang konflik yang terjadi antara orang tua
dan anaknya, kita sebut saja dengan nama dr A. Dari berita yang saya
abaca di media online tersebut, diceritakan bahwa orang tua A telah
membesarkan anaknya itu hingga lulus kuliah di sebuah sekolah swasta dan
saat ini A telah menjadi seorang dokter.
Sebagai
orangtua, kemungkinan ayah si A ini ingin melihat anaknya bahagia,
hingga saat hendak 'melepaskan' anaknya itu memulai hidup baru, saat itu
mereka memberikan sumbangan Rp 750 juta untuk biaya pesta pernikahan
anaknya di hotel bintang lima di bilangan Senayan, Jakarta.
Tapi
apa mau dikata, dr. A yang telah melangsungkan pernikahan pada 2017
lalu itu malah tidak mengundang orang tuanya, bahkan nama orangtuanya
pun tidak ada di undangan pernikahan. Dan puncaknya adalah, setelah
resepsi pernikahan, dr A malah mengumumkan kepada semua orang, yaitu
'putusan hubungan keluarga dan segala perbuatan dan akibat hukum akan
menjadi tanggung jawab masing-masing'.
"Dia
memasang iklan di koran nasional dan koran Ibu Kota," kata kuasa hukum
orang tua dr. A, Albert Kuhon, seperti dikutip dari detikcom, pada Kamis
28 Mei 2020.
Dan
akibat dari perbuatan anaknya itu, diberitakan, bahwa saat ini orang
tua dr. A itu mengalami trauma mendalam. Beberapa rangkaian pilu yang
bertubi-tubi itu bahkan telah membuat kedua orang tua dr. A mengalami
depresi. Orang tua dr. A saat ini mengalami penderitaan psikis akibat
konflik dengan anaknya sendiri.
"Saya
baru bersedia mendampingi mereka setelah munculnya iklan putus hubungan
yang dipasang dokter tersebut," tutur Albert Kuhon, kuasa hukum orang
tua dr. A
Setelah
lama menjalani proses penyelidikan dan penyidikan di kepolisian.
Karena, antara pelapor dan korban mempunyai hubungan ayah-ibu dan anak
dan setelah segala cara mediasi yang telah dilakukan mengalami jalan
buntu, akhirnya perkara ini sampai ke meja hakim, hingga akhirnya
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) pada Maret 2020 lalu
menyatakan bahwa dr A bersalah melakukan kekerasan psikis dalam rumah
tangga sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat 1 jo Pasal 5 huruf b UU
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT).
Dan
PN Jaksel akhirnya menjatuhkan hukuman percobaan berupa 3 bulan penjara
yang tidak perlu dijalani apabila selama 6 bulan tidak melakukan
perbuatan pidana. sumber
Itu
adalah kisah perjalanan hidup dr. A yang kisah perjalanan hidupnya ini
hampir mirip dengan kisah Si Malin Kundang dan Si Tenggang yang pernah
hidup ratusan tahun yang lalu. Jika kisah "Air susu dibalas dengan air
tuba" di masa lalu telah memberi inspirasi bagi sebuah karya seni dengan
membuatkan relief Malin Kundang di pantai Air Manis. Padang. Akankan
kedepannya ada juga seniman yang juga tertarik untuk membuatkan relief tentang “Air susu dibalas dengan air tuba” di masa kini?